Monday, April 23, 2012

Mengenal Kebohongan Pada sebuah Ucapan

Mengenal Kebohongan Pada sebuah Ucapan - Pernahkah Anda mengalami percakapan di mana si pembicara terdengar meyakinkan namun makin banyak dia bicara, maka Anda makin kurang yakin atas apa yang dikatakannya?

Mari kita periksa sebagian dari kata-kata dan anak kalimat-anak kalimat yang paling umum digunakan yang dapat memberikan isyarat bahwa seseorang mungkin sedang berusaha menutupi kebenaran atau menyesatkan dengan upayanya meyakinkan Anda dari sebuah emosi yang sesungguhnya tidak mereka rasakan.


Kata-kata “sejujurnya,” “setulusnya” dan “terus terang” menunjukkan bahwa si pembicara sedang tidak begitu berterus terang, kurang jujur atau kurang tulus daripada apa yang diklaimnya. Orang-orang yang peka
dengan tanpa disadari menguraikan kata-kata ini dan merasakan “semacam insting” bahwa si pembicara sedang berusaha untuk menipu mereka. Misalnya:

“Terus terang, inilah tawaran terbaik yang dapat kuberikan kepada Anda”
diterjemahkan menjadi “Ini bukanlah tawaran terbaik namun mungkin Anda
percaya.”

“Aku mencintaimu” lebih bisa dipercaya daripada “Sejujurnya aku mencintaimu.”

“Tak diragukan” memberikan alasan untuk ragu dan “tanpa keraguan” adalah sebuah isyarat yang pasti untuk bersikap waspada.

“Percayalah apa yang kukatakan” seringkali berarti “Bila aku dapat
membuatmu percaya, kau akan melakukan apa yang kuinginkan.”

Tingkatan dimana seseorang berkata “Percayalah padaku” berusaha untuk meyakinkan orang lain agar layak untuk ditipu lebih lanjut. Si pembicara merasa bahwa Anda tidak akan mempercayainya atau bahwa apa yang sedang dikatakannya kedengaran masuk akal, maka dia membuka kata-katanya dengan “Percayalah padaku.” “Aku tidak bercanda” dan “Masak aku bohong kepadamu?” adalah versi-versi lainnya.

Bila Anda memang bersikap jujur, terus terang, dapat dipercaya atau amanah, Anda tak perlu meyakinkan seseorang tentang apa yang sedang Anda lakukan.

Apa bedanya antara berbohong kepada petugas pajak dan berbohong kepada istri Anda? Bila Anda sampai ketahuan, petugas pajak masih ingin membuat Anda merasa tidak tenang.
Sebagian orang dengan entengnya mengembangkan kebiasaan untuk mengulang-ulang dalam menggunakan jenis kata-kata seperti ini. Tanpa mereka sadar menggunakannya untuk mengawali sebuah pernyataan yang jujur, membuatnya jadi terdengar tidak benar. Tanyalah teman-teman, kerabat, dan teman kerja Anda apakah mereka pernah memperhatikan salah satu dari katakata dalam pembicaraan Anda, dan bila ya (cenderung demikian), Anda akan mulai memahami mengapa sebagian orang tampaknya tak pernah mampu
mengembangkan sebuah hubungan yang bisa saling mempercayai dengan Anda.

Ungkapan-ungkapan, “Oke” dan “Benar!” memaksa orang yang mendengarkan untuk sepakat dengan sudut pandang si pembicara. “Anda setuju dengan itu, benar?” Orang yang mendengar dipaksa untuk merespons dengan “Benar”-nya sendiri bahkan walaupun dia tidak perlu mesti sepakat dengan sudut pandang si pembicara. “Benar” juga memperlihatkan keraguan tentang kemampuan si pendengar untuk  menerima dan memahami apa yang sedang dibahas.

"Why Men Lie- Barbara dan Allan Pease"

Rating: 5

Komentar Agan..!!

Silahkan Sobat Berkomentar atau Saran dan Kritik Silahkan sampaikan disini, Harap no spam, and no link. komentar akan dimoderasi dulu sebelum di tampilkan. semua komentar akan aproved, kecuali komentar yg masuk SPAM dan Komentar Kasar dan SARA. dan Terimakasih atas Kunjungan Sobat..

0 Responses: